Pengertian Jilbab, Batas Aurat, Perhiasan dan Pembahasannya oleh Ahli Tafsir
Oleh Kang MuSlimin di PASURAN PUTU SANTRI N-H (Berkas)
Link : https://www.facebook.com/groups/PutuSantriNH/doc/425199110909283/
MAN FASAROL QUR'ANA BIRO'YIN FALYATABAWWAK MAQ'ADAHU MINANNAR
"barang siapa memahami al'qur'an dengan akalnya saja dan tidak dengan ilmu tafsir maka bersiap siaplah menjadi penghuni neraka (al hadits hasan)
catatan rangkuman kecil dari para mufassir untukmu kaum ibu (calon ibu)
"Islam melarang wanita Muslim untuk memakai pakaian yang ketat, tipis dantembus pandang, karena jelas pakaian tersebut akan menimbulkan fitnah dan subhat,baik terhadap dirinya sendiri ataupun kepada orang lain yang melihatnya (berfikir parno mungkin)."
Dewasa ini, pemakaian busana muslimah banyak macamnya. Malah, berkembang istilah "jilbab gaul" bagi perempuan yang mengenakan jilbab namun busananya ketat disana-sini. Karenanya, kali ini kita akan coba membahas pengertian jilbab (pakaian), dari sudut pandang para ahli tafsir dan pendapat para ulama.
Pembahasan "Pakaian Wanita Islam Mengikuti Al Qur'an dan hadits / Sunnah",
Secara terminologi, dalam kamus yang dianggap standar dalam Bahasa Arab, akan
kita dapati pengertian jilbab seperti berikut :
- Lisanul Arab : "Jilbab berarti selendang, atau pakaian lebar yang dipakai wanita untuk menutupi kepada, dada dan bagian belakang tubuhnya."
- Al Mu'jamal-Wasit : "Jilbab berarti pakaian yang dalam (gamis) atau selendang (khimar), atau pakaian untuk melapisi segenap pakaian wanita bagian luar untuk menutupi semua tubuh seperti halnya mantel."
- Mukhtar Shihah : "Jilbab berasal dari kataJa lbu, artinya menarik atau menghimpun, sedangkan jilbab berarti pakaian lebar longgar yang meluputi tubuh dan bentuk tubuh".
Dari rujukan ketiga kamus di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa jilbab pada umumnya adalah pakaian yang lebar, longgar dan menutupi seluruh bagian tubuh sebagaimana disimpulkan oleh Al Qurthuby: "Jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh tubuh."
Bagi masyarakat Indonesia, jilbab umumnya diartikan sebagai selendang yang menutupi kepala sampai leher dan dada. Definisi ini memang tidaklah bertentangan dengan definisi umum di atas karena disebutkan juga oleh Lisanul Arab ataupun Al Mu'jamal-Wasit dan dikutip Qurthuby berasal dari Ibnu Abbas yang mengartikan jilbab dengan rida' atau selendang.
PEMBAHASAN AHLI TAFSIR
Setelah mempelajari pengertian umum dan pengertian secara terminologi tentang jilbab ada baiknya juga kita merujuk uraian para ulama tafsir mengenai jilbab, atau penafsiran mereka tentang surah Al Ahzab ayat 59:
- Tafsir Ibnu Abbas : "Selendang atau Jilbab tudung wanita hendaklah menutupi leher dan dada agar terpelihara dari fitnah atau terjauh dari bahaya zina."
- Tafsir Qurthuby : "Alloh SWT memerintahkan segenap kaum muslimah agar menutupi seluruh tubuhnya, agar tidak memperagakan tubuh dan kulitnya kecuali dihadapan suaminya, karena hanya suaminya yang dapat bebas menikmati kecantikannya."
- Tafsir Ayatul Ahkam : "Memakai jilbab atau kerudung merupakan ibadah dalam rangka memenuhi firman Alloh Surah AL Ahzab ayat 59. Yang menegaskan bahwa bagi seorang Muslimah memakai jilbab itu sebanding dengan melaksanakan perintah sholat, karena keduanya sama-sama diwajibkan Al Qur'an. Apabila seorang muslimah menolak untuk memakai
- jilbab atau menutup auratnya, dan dengan sengaja untuk menentang hukum Alloh, berarti dia telh kafir atau murtad, karena menentang Al Qur'an. Apabila dia meninggalkan jilbab karena ikut-ikutan atau karena kelalaian belaka, dia termasuk orang-orang durhaka kepada Alloh."
- Tafsir Fii Zhilalil Qur'an : "Alloh memerintahkan kepada isteri-isteri nabi dan kaum muslimah umumnya agar setiap keluar rumah senantiasa menutupi tubuh, dari kepala sampai ke dada dengan memakai jilbab tudung yang rapat, tidak menerawang, dan juga tidak tipis. Hal demikian dimaksudkan untuk menjaga identitas mereka sebagai muslimah dan agar terpelihara dari tangan-tangan jahil dan kotor. Karena mereka yang bertangan jahil dan kotor itu, pasti akan merasa kecewa dan mengurungkan niatnya setelah melihat wanita yang berpakaian terhormat dan mulia secara islam."
Kesimpulan
Dari uraian ulama tafsir di atas dapat kita simpulkan bahwa :
- Para ulama tafsir umumnya sependapat bahwa memakai tudung menutupi aurat selain muka dan telapak tangan merupakan kewajiban yang mendasar bagi setiap kaum muslimah, apabila mereka akan keluar rumah, atau dalam rumah sendiri jika ada tamu selain muhrim.
- Tidak seorang pun para ulama yang berpendapat bahwa menutup aurat selain muka dan telapak tangan itu hanya kewajiban muslimah dalam sholat. Karena memang tidak ada satu pun dalil Al Qur'an dan Sunnah yang mengatakan demikian.
- Bentuk atau fesyen pakaian muslimah tidaklah diatur oleh Al Qur'an secara terperinci, yang utama adalah memenuhi syarat, yaitu menutupi seluruh tubuh selain muka dan telapak tangan, tidak ketat, tidak tipis dan juga tidak membentuk lekuk tubuh (ketat).
Firman Alloh SWT :
"Dan katakanlah (pula) kepada wanita yang beriman supaya mereka menundukkan pandangannya, dan memelihara kehormatannya. Dan janganlah memperlihatkan perhiasan kecuali yang biasa nampak saja, dan hendaklah mereka menutupi dada dengan selendang. Dan janganlah memperlihatkan perhiasan kecuali kepada : 1. Suami, 2. Ayah, 3. Mertua laki-laki, 4. Anak Laki-laki Tiri, 5. Saudara laki-laki, 6. Anak laki-laki dari saudara laki-laki dan perempuan 7. Sesama wanita, 8. Hamba Sahaya, 9. Pelayan (laki-laki) yang sudah tidak mempunyai keinginan kepada wanita (karena sudah tua), 10. Anak laki-laki yang belum terpengaruh dengan aurat wanita. Dan janganlah mereka (wanita) menghentakkan kaki supaya diketahui orang perhiasan mereka yang tersembunyi dan taubatlah kamu sekalian kepada Alloh wahai orang-orang yang beriman agar kamu mendapat kemenangan."[i] (QS. An Nur, 024:031)
Dalam ayat ini antara lain Alloh memerintahkan pada kaum muslimah
- Agar tidak memamerkan perhiasan kecuali sekadar yang biasa terlihat darinya seperti cincin dan gelang tangan.
- Wajib menutupi dada dan leher dengan selendang, kerudung atau jilbab.
- Perhiasan hanya boleh diperlihatkan kepada sepuluh kelompok manusia yang disebutkan dalam ayat tersebut.
- Jangan sengaja menghentakkan kaki agar diketahui atau didengar orang agar diketahui atau didengar orang perhiasan yang tersembunyi (gelang kaki dan lain-lain)
Pendapat Para Ulama
1. Ibnu Jarir At-Tabary (Wafat 310 H)
Kaum wanita tidak boleh memperlihatkan perhiasannya kepada laki-laki yang bukan muhrom, kecuali perhiasan zahir saja. Perhiasan itu ada dua macam, pertama yang tersembunyi seperti gelang tangan atau kaki, subang dan kalung. Kedua, yang nampak. Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat ulama, antara lain ada yang berpendapat perhiasan yang nampak yaitu pakaian. Yang lainnya berpendapat perhiasan zahir adalah cincin, sipat mata ([i]eye liner) dan muka. Sedangkan yang lainnya lagi berpendapat, perhiasan yang nampak adalah muka dan telapak tangan.
2. Ibnu Araby (468-543 H)
Perhiasan ada 2 macam, asli dan buatan. Yang asli seperti muka yang merupakan induk sumber hiasan kecantikan. Dan hiasan buatan seperti pakaian, make up atau alat-alat kecantikan, dan lain-lain. Ada perbedaan pendapat ulama tentang hiasan yang nampak. Pendapat pertama, yaitu pakaian (Ibnu Mas'ud), kedua yaitu celak dan cincin (Ibnu Abbas), ketiga yakni muka dan tapak tangan.
3. Ibnu Katsir (Wafat 774 H)
Seorang wanita muslimah tidak dibolehkan memperlihatkan perhiasan kepada kepala laki-laki yang bukan muhrim, kecuali perhiasan yang susah untuk menutupinya seperti selendang dan baju (mengikut Ibnu Mas'ud) dan menurut Ibnu Abbas, muka dan kedua telapak tangan serta cincin.
Demikianlh yang disimpulkan dari pendapat para ulama tafsir tentang aturan dan hukum tentang perhiasan atau bagaimana tubuh wanita yang boleh terlihat oleh laki-laki yang bukan muhrom, umumnya mereka berpendapat bahwa yang boleh terlih pada tubuh wanita hanyalah muka dan telapak tangan serta perhiasan yang melekat pada keduanya. Batasan demikian boleh dirujuk kepada hadits Nabi SAW yang
berbunyi :
"Diceritakan oleh Siti Aisyah r.a., bahwa adiknya yang bernama Asma binti Abu Bakar pernah datang menghadap Rosululloh dengan berpakaian agak tipis, lalu Rosululloh berpaling dan bersabda, 'Wahai Asma, bila seorang wanita telah baligh tidak boleh lagi terlihat kecuali ini dan ini. Lalu Rosululloh SAW menunjukkan pada muka dan tapak tangan beliau." (H.R. Abu Dawud)
"Aisyah Ummul Mukminun r.a., menceritakan pada suatu hari saya pernah keluar rumah untuk menemui anak saudaraku Abdullah bin Taufalid dengan memaka perhiasan, lalu Rosululloh SAW marah, maka aku jawab, bukankah dia hanya anak
saudaraku wahai Rosululloh? Dan beliau pun menjawab, apabila seorang wanita telah baliqh (datang haid) tidak halal terlihat dari tubuhnya kecuali muka dan ini. Kata beliau, seraya menggenggam pergelangan tangannya dengan meninggalkan jarak satu genggaman pula dengan telapak tangan(pergelangan tangan)"
(H.R. Ath Thabary)
Kesimpulan
Dari rujukan Al Qur'an dan hadits yang kita sebutkan di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa :
- Pakaian Wanita Muslimah itu wajib menutupi aurat,
- Batas aurat wanita adalah muka dan tapak tangan,
- Kewajiban menutupi aurat itu berlaku setiap waktu di dalam dan di luar sholat, karena tidak satupun dalil yang mengatakan bahwa aurat wanita hanya ditutupi waktu sholat. Dan ayat Al Qur'an serta hadits di atas hubungannya bukan dalam hal sholat, tapi berlaku umum.
catatan,
- akhir-akhir ini banyak sekali orang-orang dari beberapa golongan menfasiri Al-qur'an dengan semau gue, dan lebih parahnya lagi mengkiblat budaya arab bagian utara, yang notabene dari sanalah ada golongan yang di sebut khawarij / wahabi yang emnggelintir beberap hadits untuk kepentingan mereka, seperti sejarah penyusunan kita Arisalah imam syafi'i, adalah kitab rujukan yang lahir dari jawaban beliau kepada surat dari gubernus Asia tengah (pakistan, usbekistan dll) waktu itu yaitu : abdurrahman almahdi, tentang keprihatinannya tentang pemahaman islam yang ada di daerahnya, juga karena adanya beberapa hadits palsu pada waktu itu,dari sedikit cerita ini bisa kita tarik pengertian, "dan memang banyak dari sanalah lahirnya islam garis keras dan tampak juklak"
- "berpedoman pada sang ahli ilmul qur'an hadits akan memudahkan kita dalam beragama (tidak kaku), islam rohmatan lil 'alamin, tidak bisa kita artikan rohmad adalah sebuah keharusan, akan tetapi adalah membuat ummat ini nyaman
- orang-orang ahli tafsir ini secara tidak langsung telah mewakili tanda-tanda kewalian dan warosatul anbiyak, "tanda-tanda seorang wali adalah,ia mampu menerjenahkan bahasa agama menjadi bahasa rakyat" mungkin jalan ini pula yang di lakukan oleh wali 9 di negeri kita, salah satunya ilmul sedekah, hibah atau hadiah di wujudkan dalam bentuk selamatan dan banayk lagi yg lainnya
SEMOGA BERMANFAAT
Wallahu a'lam bishowaff.......
Comments
Post a Comment