KONSEP KETENANGAN JIWA DAN KEHIDUPAN
berangkat dari berbagai problema manusia akhir zaman yang lazim dengan bahasa populer sekarang GALAU, galau bermakna konotasi yang komplek dan mencakup seluruh kegelisahan yang di alami seseorang,
berbagai permasalahan menyebabkan dan di tuduh menjadi sebab musabab rasa gelisah kuatir dan takut serta belenggu-belenggu paradok yang cukup menjadikan seseorang itu galau, rasa kwatir yang tinggi terhadap sesuatu yang akan datang dan ketakutan-ketakutan yang menjadi umum telah menjadi momok dari sebuah opini masyarakat kita yang muncul dehumanisasi yang parah.
sejak 15 abad yg lalu Qur'an di turunkan untuk menjadi tuntunan dan arahan manusia agar tidak menjadi manusia-manusia yang serba kwatir dan takut menghadapi segala sesuatu, baik yang sangat buruk maupun ujian yg bertibu, hal ini di singgung dalam surat Al-Ahqoof, ayat 13:
istiqomah dalam Iman dan selalu menjaga di dalam hatinya untuk selalu mengingat Tuhannyalah yang akan terhindar dari kekhawatiran dan ketakutan ketika terjadi sesuatu,
mengingat Allah dalam bahasa populer kita kenal dengan berdzikir, dan Dzikir yang terus menerus berarti istiqomah dalam iman dan menetapkan hanya Allah yang ada di dalam dada dan segala bentuk aktifitasnya, baik itu ketika sholat maupun di luar sholat, baik itu sedang di masjid maupun di pasar, di sawah di kantor, di perjalanan dan di manapun kita selalu mengingat Allah,
Imam Ghozali sang hujjatul islam memberikan definisi dan tangga Dzikir tersebut menjadi empat bagian
1. dzikir dengan Lisan
2. Dzikir dengan fikiran
3. Dzikir dengan hati
4. Dzikir dengan perbuatan
secara umum Dzikir adalah melafalkan kalimat thoiyyibah dan sesebutan asma Allah yg baik, secara diskriptif Dzikir bermakna mengaplikasikan Imannya dengan amal perbuatan yang sejalan dengan apa yang di percayainya,
hal ini selaras dengan salah ayat qur'an;
ALA BIDZIKRILLAHI TADMA'INNUL QULUB,
"hanya dengan dzikir kepada Allah hati ini akan menjadi tenang"
kalau di telisik sedikit saja dari dunia santri pesantren, ketika ada JER MAJRUR MENDAHULUI FI'ILnya makan kalimat itu bermakna HANYA, jadi artinya ketika ada orang yang merasa susah, galau, takut, kuwatir dll lain-lain jelas seseorang tersebut minim Dzikir kepada Allah,
berikut kami torehkan beberpa catatan dasar faidah Dzikir dari Qur'an dan Hadits
Mengingat
Allah (baca: dzikir) merupakan pokok daripada syukur. Manfaat yang besar dapat
diperoleh dengan mengerjakan amalan ini. Namun, sayang sekali kebanyakan orang
melupakan dan melalaikannya. Padahal, faedah dzikir itu banyak sekali, di
antaranya adalah:
[1]
Mendatangkan pertolongan Allah
Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Maka ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku pun akan
mengingat kalian.” (QS. al-Baqarah: 152)
[2]
Mendatangkan ampunan dan pahala yang besar
Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah, lelaki
maupun perempuan, maka Allah sediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
sangat besar.” (QS. al-Ahzab: 35)
[3] Sebab
hidupnya hati
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan orang yang mengingat
Rabbnya (Allah) dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya, seperti perumpamaan
orang yang hidup dengan orang yang sudah mati.” (HR. Bukhari)
[4]
Mendatangkan ketentraman jiwa
Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Ingatlah, dengan mengingat Allah maka hati akan
menjadi tentram.” (QS. ar-Ra’d: 28)
[5] Jauh
dari perangkap setan
Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Barangsiapa yang berpaling dari mengingat ar-Rahman
maka akan Kami jadikan setan sebagai pendamping yang selalu menemaninya.” (QS.
az-Zukhruf: 36)
[6] Jalan
menuju keikhlasan
Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang munafik itu berusaha
mengelabui Allah, sedangkan Allah justru mengelabui mereka. Apabila mereka
berdiri untuk sholat maka mereka berdiri dengan penuh kemalasan, mereka
mencari-cari pujian manusia, dan mereka sama sekali tidak mengingat Allah
kecuali sedikit.”(QS. an-Nisaa’: 142)
[7]
Perlindungan Allah pada hari kiamat
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tujuh golongan yang
mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat… di antaranya adalah seorang lelaki
yang mengingat Allah dalam keadaan sepi, kemudian meneteslah air
matanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan yang
perlu diingat bahwasanya dzikir yang benar adalah yang dilandasi keikhlasan
niat dan dikerjakan dengan mengikuti Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Allahul muwaffiq.
===
Comments
Post a Comment