daftar kesalahan albani dalam melemahkan hadits shohih
Kami
mengetahui setiap manusia tidak luput dari kesalahan walaupun para imam atau
ulama pakar kecuali Rasulallah saw. yang maksum. Tujuan kami mengutip
kesalahan-kesalahan Syeikh Al-Albani ini bukan untuk memecah belah antara
muslimin tapi tidak lain adalah untuk lebih meyakinkan para pembaca bahwa
Syeikh ini sendiri masih banyak kesalahan dan belum yakin serta masih belum
banyak mengetahui mengenai hadits karena masih banyak kontradiksi yang beliau
kutip didalam buku-bukunya. Dengan demikian hadits atau riwayat yang
dilemahkan, dipalsukan dan sebagainya oleh Syeikh ini serta
pengikut-pengikutnya tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya, harus
diteliti dan diperiksa lagi oleh ulama madzhab lainnya.
Contoh-contoh
kesalahan Syeikh Albani ini yaitu umpamanya disatu halaman atau bukunya mengatakan
hadits ..Lemah tapi dihalaman atau dibuku lainnya mengatakan hadits (yang sama
itu) ….Shohih atau Hasan. Begitu juga beliau disatu buku atau halaman
mengatakan bahwa perawi…. adalah tidak Bisa Dipercaya banyak membuat kesalahan
dan sebagainya, tapi dibuku atau halaman lainnya beliau mengatakan bahwa perawi
(yang sama ini) Dapat Dipercaya dan Baik. Begitu juga beliau disatu halaman
atau bukunya memuji-muji perawi…atau ulama…tapi dibuku atau halaman lainnya
beliau ini mencela perawi atau ulama (yang sama tersebut). Juga diantara
ulama-ulama pengeritik Al-Albani ini ada yang berkata; Kontradiksi tentang
hadits Nabi saw. itu atau perubahan pendapat terdapat juga pada empat ulama
pakar yang terkenal (Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafii dan Imam Hanbali)
atau ulama lainnya!
Perubahan
pendapat para ulama ini biasanya yang berkaitan dengan pendapat atau ijtihadnya
sendiri. Misalnya; Disalah satu kitab mereka membolehkan suatu masalah
sedangkan pada kitabnya yang lain memakruhkan atau mengharamkan masalah yang
sama ini atau sebaliknya. Perubahan pendapat ulama ini kebanyakan tidak ada
sangkut pautnya dengan hadits yang mereka kemukakan sebelum dan sesudahnya,
tapi kebanyakan yang bersangkutan dengan pendapat atau ijtihadnya sendiri waktu
mengartikan hadits yang bersangkutan tersebut. Dan seandainya diketemukan
adanya kontradiksi mengenai hadits yang disebutkan ulama ini pada kitabnya yang
satu dengan kitabnya yang lain, maka kontradiksi ini tidak akan kita dapati
lebih dari 10 hadits. Jadi bukan ratusan yang diketemukan.
Tapi yang
lebih aneh lagi ulama golongan Salafi (baca:Wahabi) tetap mempunyai keyakinan
tidak ada kontradiksi atau kesalahan dalam hadits yang dikemukakan oleh
al-AlBani tersebut tapi lebih merupakan ralat, koreksi atau rujukan.
Sebagaimana alasan yang mereka ungkapkan sebagai berikut; umpama al-Albani
menetapkan dalam kitabnya suatu hadits kemudian dalam kitab beliau lainnya
menyalahi dengan kitab yang pertama ini bisa dikatakan bahwa dia meralat atau
merujuk hal tersebut! Alasan ini baik oleh ulama maupun awam (bukan ulama)
tidak bisa diterima baik secara aqli (akal) maupun naqli (menurut nash).
Seorang yang dijuluki ulama pakar oleh sekte Wahabi dan sebagai Imam
Muhadditsin karena ilmu haditsnya seperti samudra yang tidak bertepian, seharusnya
sebelum menulis satu hadits, beliau harus tahu dan meneliti lebih dalam apakah
hadits yang akan ditulis tersebut shohih atau lemah, terputus dan sebagainya.
Sehingga tidak memerlukan ralatan yang begitu banyak lagi pada kitabnya yang
lain. Apalagi ralatan tersebut –yang diketemukan para ulama– bukan puluhan tapi
ratusan! Sebenarnya yang bisa dianggap sebagai ralatan yaitu bila sipenulis
menyatakan dibukunya sebagai berikut; hadits ..…yang saya sebutkan pada kitab
.… sebenarnya bukan sebagai hadits …..(dhoif, maudhu’ dan sebagainya) tapi
sebagai hadits…… ( shohih dan sebagainya). Dalam kata-kata semacam ini jelas si
penulis telah mengakui kesalahannya serta meralat pada kitabnya yang lain.
Selama hal tersebut tidak dilakukan maka ini berarti bukan ralatan atau rujukan
tapi kesalahan dan kekurang telitian si penulis.
Golongan
Salafi/Wahabi ini bukan hanya tidak mau menerima keritikan ulama-ulama yang
tidak sependapat dengan ulama mereka, malah justru sebaliknya mengecam pribadi
ulama-ulama yang mengeritik ini sebagai orang yang bodoh, golongan zindik,
tidak mengerti bahasa Arab, dan lain sebagainya. Mereka juga menulis
hadits-hadits Nabi saw. dan wejangan ulama-ulamanya –untuk menjawab kritikan
ini– tetapi sebagian isinya tidak ada sangkut pautnya dengan kritikan yang
diajukan oleh para ulama madzhab selain madzhab Salafi (baca:Wahabi)!! Alangkah
baiknya kalau golongan Salafi ini tidak mencela siapa/ bagaimana pribadi ulama
pengeritik itu, tapi mereka langsung membahas atau menjawab satu persatu dengan
dalil yang aqli dan naqli masalah yang dikritik tersebut. Sehingga bila
jawabannya itu benar maka sudah pasti ulama-ulama pengeritik ini dan para
pembaca akan menerima jawaban golongan Wahabi dengan baik. Ini tidak lain
karena keegoisan dan kefanatikan pada ulamanya sendiri sehingga mereka tidak
mau terima semua keritikan-keritikan tersebut, dan mereka berusaha dengan jalan
apa pun untuk membenarkan riwayat-riwayat atau nash baik yang dikutip oleh
al-Albani maupun ulama mereka lainnya. Sayang sekali golongan Salafi ini merasa
dirinya yang paling pandai memahami ayat al-Qur’an dan Sunnah Rasulallah saw.,
paling suci, dan merasa satu-satunya golongan yang memurnikan agama Islam dan
sebagainya. Dengan demikian mudah mensesatkan, mensyirikkan sesama muslimin
yang tidak sepaham dengan pendapatnya.
Mari kita
sekarang meneliti sebagian pilihan/seleksi isi buku Syeikh Saqqaf tentang
kesalahan-kesalahan al-Albani yang kami kutip bahasa Inggrisnya dan kami
terjemahkan serta susun semampunya dari versi bahasa Inggris dengan judul
‘Al-Albani’s Weakening of Some of Imam Bukhari and Muslim’s Ahadit. Kitab asli
bahasa Arabnya berjudul ‘Tanaqadat al-Albani al-Wadihat’ (Kontradiksi yang
nyata/ jelas pada Al-Albani) oleh Syeikh Saqqaf, Amman, Jordania.
Al-Albani melemahkan beberapa hadits dari Imam Bukhori dan Imam Muslim.
Syekh
Al-Albani telah berkata didalam Syarh Al-Aqidah at-Tahaweeah hal.27-28 cet.ke 8
Maktab Al-Islami oleh Sjeik Ibn Abi Al-Izz Al-Hanafi (Rahimahullah).
“Hadits-hadits shohih yang dikumpulkan oleh Bukhori dan Muslim bukan karena
diriwayatkan oleh mereka tapi karena hadits-hadits tersebut sendiri shohih”. !
Tetapi dia (Albani) telah nyata berlawanan dengan omongannya sendiri karena pernah melemahkan hadits dari dua syeikh tersebut. Mari kita lihat beberapa hadits dari Imam Bukhori dan Imam Muslim yang dilemahkan oleh Syekh al-Albani keterangan berikut ini :
Tetapi dia (Albani) telah nyata berlawanan dengan omongannya sendiri karena pernah melemahkan hadits dari dua syeikh tersebut. Mari kita lihat beberapa hadits dari Imam Bukhori dan Imam Muslim yang dilemahkan oleh Syekh al-Albani keterangan berikut ini :
No.1: (Hal.
10 nr.1) Sabda Rasulallah saw. bahwa Allah swt.berfirman: Aku musuh dari 3
orang pada hari kebangkitan ; a) Orang yang mengadakan perjanjian atas NamaKu,
tetapi dia sendiri melakukan pengkhianatan atasnya b) Orang yang menjual orang
yang merdeka sebagai budak dan makan harta hasil penjualan tersebut c) orang
yang mengambil buruh untuk dikerjakan dan bekerja penuh untuk dia, tapi dia
tidak mau membayar gajihnya. (Bukhori no.2114 dalam versi bahasa Arab atau
dalam versi bahasa Inggris 3/430 hal. 236). Al-Albani berkata dalam Dhaif
Al-jami wa Ziyadatuh 4/111 nr. 4054. bahwa hadits ini lemah. Dia (Al-Albani)
memahami hanya sedikit tentang hadits, hadits diatas ini diriwayatkan oleh
Ahmad dan Bukhori dari Abu Hurairah ra.
No.2: (Hal.
10 nr.2) Hadits : “Korbanlah satu sapi muda kecuali kalau itu sukar buatmu maka
korbanlah satu domba jantan” ( Muslim nr.1963 dalam versi bahasa Arab yang
versi bahasa Inggris 3/4836 hal.1086). Al-Albani berkata Daeef Al-Jami wa
Ziyadatuh, 6/64 nr. 6222 bahwa hadits ini lemah. Walaupun hadits ini
diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim, Abu Daud, Nasa’i dan Ibnu Majah dari
Jabir ra.
No.3:
(Hal.10 nr.3) Hadits: ‘Termasuk orang yang paling buruk dan Allah swt. akan
mengadilinya pada hari pembalasan yaitu suami yang berhubung- an dengan
isterinya dan isteri berhubungan dengan suaminya dan dia menceriterakan rahasia
isterinya (pada orang lain) ‘ (Muslim nr.1437 penerbitan dalam bahasa Arab).
Al-Albani menyatakan dalam Daeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 2/197 nr. 2005 bahwa
hadits ini lemah. Walaupun hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Sayyed
ra.
No.4:
(Hal.10 nr.4) Hadits: “Bila seorang bangun malam (untuk sholat), maka mulailah
sholat dengan 2 raka’at ringan” (Muslim nr. 768). Al-Albani dalam Daeef Al-Jami
wa Ziyadatuh, 1/213 nr. 718 menyatakan bahwa hadits ini lemah. Walaupun hadits
ini diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah.
No.5:
(Hal.11 nr. 5) Hadits: ‘Engkau akan naik keatas dihari kiamat dengan cahaya
dimuka, cahaya ditangan dan kaki dari bekas wudu’ yang sempurna’ (Muslim nr
246). Al-Albani dalam Daeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 2/14 nr. 1425 menyatakan
bahwa hadits ini lemah. Walaupun hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abu
Hurairah.
No.6:
(Hal.11 nr. 6) Hadits: ‘orang yang dimuliakan disisi Allah pada hari pembalasan
(kiamat) ialah yang tidak membuka rahasia antara dia dan isterinya’. (Muslim
nr.124 dan 1437). Al-Albani dalam Dhaeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 2/192 nr. 1986
menyatakan bahwa hadits ini lemah. Walaupun hadits ini diriwayatkan oleh
Muslim, Ahmad dan Abu Daud dari Abi Sayyed.
No.7:
(Hal.11 nr.7) Hadits: ‘Siapa yang membaca 10 surah terakhir dari Surah
Al-Kahfi, akan dilindungi dari kejahatan Dajjal ‘ (Muslim nr. 809). Al-Albani
dalam Daeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 5/233 nr. 5772 menyatakan hadits ini lemah.
Walaupun hadits ini diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad dan Nasa’i dari Abi Darda
ra. juga dikutip oleh Imam Nawawi dalam Riyadhos Sholihin 2/1021 dalam versi
Inggris).
NotaBene: Didalam riwayat Muslim disebut Menghafal (10 surat terakhir Al-Kahfi) bukan Membaca sebagaimana yang dinyatakan Al-Albani, ini adalah kesalahan yang nyata !
NotaBene: Didalam riwayat Muslim disebut Menghafal (10 surat terakhir Al-Kahfi) bukan Membaca sebagaimana yang dinyatakan Al-Albani, ini adalah kesalahan yang nyata !
No. 8
(Hal.11 nr. Hadits: Rasulallah
saw. mempunyai seekor kuda bernama Al Laheef’’ (Bukhori, lihat Fath Al-Bari
oleh Hafiz ibn Hajar 6/58 nr.2855). Tapi Al-Albani dalam “Daeef Al-Jami wa
Ziyadatuh, 4/208 nr. 4489 berkata bahwa hadits ini lemah. Walaupun diriwayatkan
oleh Bukhori dari Sahl Ibn Sa’ad ra.
Syeikh Segaf berkata : Ini hanya marah dari sakit hati ! Kalau tidak karena takut terlalu panjang dan pembaca menjadi bosan karenanya saya akan sebutkan banyak contoh-contoh dari buku-buku Al-Albani …………..)
Syeikh Segaf berkata : Ini hanya marah dari sakit hati ! Kalau tidak karena takut terlalu panjang dan pembaca menjadi bosan karenanya saya akan sebutkan banyak contoh-contoh dari buku-buku Al-Albani …………..)
AL-ALBANI
TIDAK SESUAI DALAM PENYELIDIKANNYA (jilid 1 hal.20)
Syeikh Seggaf berkata: ‘ Sangat heran dan mengejutkan, bahwa Syeikh Al-Albani menyalahkan dan menolak hadits-hadits yang banyak diketengahkan oleh ulama-ulama pakar ahli hadits baik secara langsung atau tidak secara langsung, tidak lain semuanya ini karena kedangkalan ilmu Al-Albani ! . Dia mendudukkan dirinya sebagai sumber yang tidak pernah dikalahkan. Dia sering meniru kata-kata para ulama pakar (dalam menyelidiki suatu hadits) ‘Lam aqif ala sanadih’ artinya ‘ Saya tidak menemukan rantaian sanadnya’ atau dengan kata-kata yang serupa. Dia juga menyalahkan beberapa ulama pakar penghafal Hadits yang terbaik untuk kurang perhatian, karena dia sendiri merasa sebagai penulis yang paling baik.
Syeikh Seggaf berkata: ‘ Sangat heran dan mengejutkan, bahwa Syeikh Al-Albani menyalahkan dan menolak hadits-hadits yang banyak diketengahkan oleh ulama-ulama pakar ahli hadits baik secara langsung atau tidak secara langsung, tidak lain semuanya ini karena kedangkalan ilmu Al-Albani ! . Dia mendudukkan dirinya sebagai sumber yang tidak pernah dikalahkan. Dia sering meniru kata-kata para ulama pakar (dalam menyelidiki suatu hadits) ‘Lam aqif ala sanadih’ artinya ‘ Saya tidak menemukan rantaian sanadnya’ atau dengan kata-kata yang serupa. Dia juga menyalahkan beberapa ulama pakar penghafal Hadits yang terbaik untuk kurang perhatian, karena dia sendiri merasa sebagai penulis yang paling baik.
No.9: (Hal.
20 nr.1) Al-Albani dalam “Irwa Al-Ghalil, 6/251 nr. 1847″ berkata: (riwayat
dari Ali): ‘ Saya tidak menemukan sanadnya”.
Syeikh Seggaf berkata: ‘Menggelikan! Bila Al-Albani ini orang yang terpelajar dalam Islam maka dia akan tahu bahwa hadits ini ada dalam Sunan Al-Baihaqi 7/121 diriwayatkan dari Abi Sayyed ibn Abi Amarah yang katanya bahwa Abu Al-Abbas Muhammad ibn Yaqub berkata pada kami bahwa Ahmad ibn Abdal Hamid berkata, bahwa Abu Usama dari Sufyan dari Salma ibn Kahil dari Mu’awiyah ibn Soayd berkata, Saya menemukan ini dalam buku ayah saya dari Ali kw.
Syeikh Seggaf berkata: ‘Menggelikan! Bila Al-Albani ini orang yang terpelajar dalam Islam maka dia akan tahu bahwa hadits ini ada dalam Sunan Al-Baihaqi 7/121 diriwayatkan dari Abi Sayyed ibn Abi Amarah yang katanya bahwa Abu Al-Abbas Muhammad ibn Yaqub berkata pada kami bahwa Ahmad ibn Abdal Hamid berkata, bahwa Abu Usama dari Sufyan dari Salma ibn Kahil dari Mu’awiyah ibn Soayd berkata, Saya menemukan ini dalam buku ayah saya dari Ali kw.
No.10:
(Hal.21 nr.2) Al-Albani dalam ‘Irwa Al-Ghalil, 3/283′ berkata; Hadits dari Ibn
Umar (Ciuman-ciuman adalah bunga yang tinggi [riba’) Saya tidak menemukan
sanadnya.
Syeikh Seggaf berkata: Ini kesalahan yang sangat aneh ! Ini sudah ada didalam Fatwa Syeikh Ibn Taimiyya Al-Misriyah 3/295: “Harb berkata bahwa Ubaidullah ibn Mu’az berkata pada kita; ayah saya berkata bahwa Suaid dari Jiballa mendengar dari Ibn Umar ra berkata: ‘ Ciuman-ciuman itu adalah (bunga?) yang tinggi ‘ Dan perawi-perawi dapat dipercaya menurut Ibn Taimiyyah !
Syeikh Seggaf berkata: Ini kesalahan yang sangat aneh ! Ini sudah ada didalam Fatwa Syeikh Ibn Taimiyya Al-Misriyah 3/295: “Harb berkata bahwa Ubaidullah ibn Mu’az berkata pada kita; ayah saya berkata bahwa Suaid dari Jiballa mendengar dari Ibn Umar ra berkata: ‘ Ciuman-ciuman itu adalah (bunga?) yang tinggi ‘ Dan perawi-perawi dapat dipercaya menurut Ibn Taimiyyah !
No.11:
(Hal.21 nr.3) Hadits dari Ibn Mas’ud ra : ‘Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh
(macam) bahasa, setiap ayat ada yang jelas dan ada yang kurang jelas dan setiap
larangan itu jelas ....(ada batasnya) ‘ Al-Albani dalam Mishkat ul-Masabih,
1/80 nr. 238 menyatakan menurut penyelidikannya bahwa pengarang/penulis Mishkat
memutuskan banyak hadits dengan kata-kata “diceriterakan/diriwayatkan dalam
Syarh As Sunnah” tapi waktu dia (Albani) menyelidiki bab masalah Ilmu dan Keutamaan
Al-Qur’an tidak menemukan hal itu !
Syeikh
Seggaf berkata: ‘Ulama yang paling pandai telah berbicara kesalahan yang sudah
biasa. Dengan kebohongan itu saya ingin mengata= kan, bila dia benar-benar
tertarik untuk menemukan ini hadits, kami mengusulkan agar dia melihat dalam
bab yang berjudul 'Al-Khusama fi Al-Qur'an van Sharh-us-Sunnah (1/262) dan
diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam shohihnya nr. 74, Abu Ya’la dalam Musnadnya
nr. 5403, Tahawi dalam Sharh Al Mushkil Al-Athar 4/172, Bazzar dalam Kash Al-Asrar
3/90, Haitami telah menyatakan dalam Majmu’a Al-Zawaid 7/152 dan dia merujuk
kepada Bazzar, Abu Ya’la dan Tabrani dalam Al-Awsat yang berkata bahwa semua
perawinya bisa dipercayai.
No.12:
(hal.22 nr.4) Al-Albani berkata dalam Shahiha, 1/230 waktu dia memberi komentar
tentang hadits nr. 149; “ Orang yang beriman ialah orang yang perutnya tidak
kenyang... “ hadits ini dari Aisyah yang disebutkan dalam Al-Mudhiri 3/237 dan
Al-Hakim dari Ibn Abbas. Saya (Albani) tidak menemukan dalam Mustadrak Al-Hakim
setelah penyelidikannya dan menurut pasal pikirannya.
Syeikh
Seggaf berkata: Tolong jangan berani menjatuhkan masyarakat kepada kebodohan
yang sia-sia, yang mana engkau sudah terperosok didalamnya! Kalau engkau akan
mencari dalam Mustadrak Al-Hakim 2/12 maka dia akan engkau dapati ! Ini
membuktikan bahwa engkau sendiri tidak ahli menggunakan buku index dan
memberitakan dari Hadits.
No.13:
(Hal.23) Lebih menggelikan lagi dugaan yang dibuat oleh Al-Albani dalam
Shohihah, 2/476 yang mana dia menyatakan bahwa hadits: ‘Abu Bakar dari saya dan
dia menempati posisi saya’ tidak ada didalam ‘Hilya’. Saya usulkan agar anda
melihat didalam "Hilya, 4/73 " !
No.14
(Hal.23 nr. 5) Al-Albani dalam "Shohihah, 1/638 nr. 365, cet.ke 4"
mengatakan : Yahya Ibn Malik tidak dikenal/termasuk 6 ahli hadits karena dia
ini tidak tercatat Tahdzib, Taqreeb dan Tadzhib.
Syeikh Seggaf berkata: ‘Itu menurut anda! Sebenarnya bukan begitu, nama julukannya ialah Abu Ayub Al-Maraagi dan ini ada didalam Tahdzib, Al-Tahdzib disebutkan oleh Hafiz ibn Hajar Al-Asqalani 12/19 cet.Dar Al-Fikr ! Hati-hatilah!
Syeikh Seggaf berkata: ‘Itu menurut anda! Sebenarnya bukan begitu, nama julukannya ialah Abu Ayub Al-Maraagi dan ini ada didalam Tahdzib, Al-Tahdzib disebutkan oleh Hafiz ibn Hajar Al-Asqalani 12/19 cet.Dar Al-Fikr ! Hati-hatilah!
No.15.
(Hal.7) Al-Albani mengeritik Imam Al-Muhaddith Abu'l Fadl Abdullah ibn
Al-Siddiq Al-Ghimari (Rahimahullah) waktu mengetengahkan hadits dari Abu
Hurairah ra. dalam kitabnya Al-Kanz Al-Thameen yang bertalian dengan perawi Abu
Maymuna ; ‘Sebarkan salam, beri makan orang-orang miskin..’
” Al-Albani
berkata dalam Silsilah Al-Daifa, 3/492 setelah merujuk hadits ini pada Imam
Ahmad 2/295 dan lain-lain : Saya berkata bahwa sanadnya lemah, Daraqutni juga
berkata ‘Qatada dari Abu Maymoona dari Abu Hurairah tidak dikenal dan itu harus
dikesampingkan “. Al-Albani berkata pada halaman yang sama; ‘Pemberitahuan,
pukulan bagi Suyuti dan Munawi, waktu mereka menemukan hadits ini, dan saya
juga telah menunjuk kan dalam referensi yang lalu nr. 571 bahwa Al-Ghimari itu
telah salah menyebutkan (hadits) itu dalam Al-kanz.
Tetapi
sebenarnya Al-Albani-lah yang terkena pukulan, sebab sangat bertentangan dengan
perkataannya dalam Irwa Al-Ghalil, 3/238 yang meng gunakan sanad yang sama,
katanya: ‘ Diklasifikasikan oleh Ahmad (2/295), al-Hakim....dari Qatada dari
Abu Maymuna dan orang mepercayainya sebagaimana yang disebutkan didalam buku
Al-Taqreeb dan Hakim berkata; Sanad yang shohih dan Al-Dhahabi sepakat dengan
Hakim !
Begitulah
Allah langsung melihatkan kesalahan tersebut ! Sekarang siapa- kah yang selalu
salah; Ahli hadits( Al-Ghimari, Suyuti, Munawi) atau Al-Albani ?
No 16
(Hal.27 nr. 3) Al-Albani mau melemahkan hadits yang membolehkan wanita memakai
perhiasan emas dan dalam sanad hadits itu ada Muhammad ibn Imara. Al-Albani
menyatakan bahwa Abu Haatim berkata perawi ini ” tidak kuat “, lihat buku Hayat
Al-Albani wa-Atharu ..jilid 1 hal.207.
Yang benar ialah bahwa Abu Haatim Al-Razi dalam buku 'Al-Jarh wa-Taadeel, 8/45 berkata: “ Perawi yang baik tapi tidak sangat kuat....” Jadi lihat pada catatan Al-Albani bahwa kalimat “Perawi yang baik “ dibuang !
Yang benar ialah bahwa Abu Haatim Al-Razi dalam buku 'Al-Jarh wa-Taadeel, 8/45 berkata: “ Perawi yang baik tapi tidak sangat kuat....” Jadi lihat pada catatan Al-Albani bahwa kalimat “Perawi yang baik “ dibuang !
NotaBene:
Al-Albani telah membuat/menulis banyak hadits yang menyata- kan larangan emas
(dipakai) untuk wanita menjadi Shohih, padahal kenyataannya para Ulama lain
menyatakan hadits-hadits ini lemah dan berlawanan dengan hadits Shohih yang
memperbolehkan pemakaian (perhiasan) emas oleh kaum wanita. Salah seorang
Syeikh ‘Salafiah’ terkenal, Yusuf Al-Qardawi berkata dalam bukunya Islamic
awakening between rejection and extremism, halaman 85 : “Dalam zaman kita
sendiri Syeikh Nasir al-Din telah muncul dengan suatu pendapat yang
bertentangan dengan kesepakatan tentang pembolehan wanita-wanita menghias diri
mereka dengan emas, yang telah diterima/ disetujui oleh semua madzhab selama
empat belas abad terakhir. Dia tidak hanya mempercayai bahwa sanad dari
hadits-hadits ini dapat dipercaya, tapi bahwa hadits-hadits ini belum
dicabut/dihapus. Maka dia percaya hadits-hadits tersebut melarang cincin dan
anting-anting emas “. Lalu siapa yang merusak kesepakatan (ijma’) ummat dengan
pendapat-pendapatnya yang ekstrem ?
No 17 (Hal.
37 nr. 1) Hadits : Mahmud ibn Lubayd berkata; ‘Rasulallah saw. telah diberitahu
mengenai seorang yang telah mencerai isterinya 3x dalam satu waktu, oleh karena
itu dia berdiri dengan marah dan berkata; ‘Apakah dia bermain-main dengan
Kitabullah, sedangkan aku masih berada dilingkungan engkau ? Yang mana berdiri
seorang untuk berkata ; Wahai Rasulallah, apakah dia tidak saya bunuh saja ?
(Al-Nisa’i).
Al-Albani menyatakan hadits ini lemah menurut penyelidikannya dari kitab ‘Mishkat Al-Masabih 2/981 cet.ketiga, Beirut 1405 A.H. de Maktab Al-Islami ‘ yang mengatakan “ Perawinya bisa dipercaya tapi isnadnya terputus atau tidak komplit, karena dia tidak mendengar langsung dari ayahnya”. Al-Albani berkata berlawanan dengan dirinya sendiri dalam buku Ghayatul Maram Takhreej Ahadith Al-Halal wal-Haram, nr. 261, hal. 164, cet.ketiga Maktab Al-Islami, 1405 A.H" telah mengatakan bahwa hadits itu Shohih !!
Al-Albani menyatakan hadits ini lemah menurut penyelidikannya dari kitab ‘Mishkat Al-Masabih 2/981 cet.ketiga, Beirut 1405 A.H. de Maktab Al-Islami ‘ yang mengatakan “ Perawinya bisa dipercaya tapi isnadnya terputus atau tidak komplit, karena dia tidak mendengar langsung dari ayahnya”. Al-Albani berkata berlawanan dengan dirinya sendiri dalam buku Ghayatul Maram Takhreej Ahadith Al-Halal wal-Haram, nr. 261, hal. 164, cet.ketiga Maktab Al-Islami, 1405 A.H" telah mengatakan bahwa hadits itu Shohih !!
No 18
(Hal.37 nr.2) Hadits; “Bila salah satu dari engkau tidur dibawah sinar matahari
dan bentuk naungan telah menutupinya dan sebagian darinya didalam naungan dan
sebagiannya lagi dibawah sinar matahari, maka dia harus bangun” . Al-Albani
menyatakan hadits ini shohih dalam Shohih Al-Jami Al-Sagheer wa Ziyadatuh
(1/266/761) tapi perkataannya berlawanan dengannya karena mengatakan hadits ini
lemah dalam penyelidikannya dari Mishkat ul-Masabih 3/1337 nr.4725 cet.ketiga
dan dia merujuk hadits ini pada Sunan Abu Daud.
No. 19
(Hal.38 nr. 3) Hadits : “Sholat Jum’at itu wajib bagi setiap Muslim” Al-Albani
menganggap hadits ini lemah dalam penyelidikannya dari De Mishkat Al-Masabih,
1/434 dan katanya; Perawi dari hadits ini bisa dipercaya, tetapi terputus
sebagaimana yang dijelaskan oleh Abu Daud. Kalau begitu dia bertentangan dengan
perkataannya dalam’ Irwa Al-Ghalil 3/54 nr. 592’ dan mengatakan hadits ini
Shohih ! Hati-hatilah sedikit, wahai orang bijaksana !
No.20 (Hal.
38 nr. 4). Al-Albani membuat lagi kontradiksi. Dia disatu tempat mempercayai
Al-Muharrar ibn Abu Huraira kemudian ditempat lain dia melemahkannya. Al-Albani
menerangkan dalam Irwa Al-Ghalil 4/301 bahwa Al-Muharrar dengan bantuan Allah
seorang yang dapat dipercayai dan Hafiz (Ibnu Hajar) berkata mengenai dia
“dapat diterima”, tidak dapat diterima, dan oleh karenanya sanadnya Shohih.
Maka dia
(Albani) berlawanan dengan omongannya dalam Shohihah 4/156 yang mana dia
melemahkan sanad sambil mengatakan: ‘Perawi-perawi dalam sanad ialah semua
orang-orang didalam Bukhori (lain kata orang-orang yang dicantumkan oleh Imam
Bukhori) kecuali Al-Muharrar dia hanya salah satu dari orang-orang Nasa’i dan
Ibn Majah . Dia tidak dipercaya oleh Ibn Hibban dan oleh karenanya Al Hafiz Ibn
Hajar tidak mempercayainya, daripada itu dia hanya mengatakan “dapat diterima”
.Hatilah-hatilah dari kebohongan !
No.21 (Hal.
39 nr. 5) Hadits: Abdullah ibn Amr ra. “ Sholat Jumat wajib bagi orang yang
sudah mendengar panggilan (adzan)” (Abu Daud). Al-Albani menyatakan hadits ini
Hasan dalam “Irwa Al-Ghalil 3/58”, dan dia berlawanan dengan perkataannya yang
menyatakan hadits ini lemah dalam Mishkatul Masabih 1/434 nr. 1375 !
No.22 (Hal.
39 nr. 6) Hadits : Anas ibn Malik ra. berkata bahwa Rasulallah saw. telah
bersabda: “Janganlah keras terhadap dirimu, dengan demikian Allah juga akan
keras terhadapmu, bilamana manusia keras terhadap dirinya maka Allah akan keras
juga terhadap mereka”. (Abu Daud). Al-Albani menurut penyelidikannya di Mishkat
1/64, mengatakan bahwa hadits ini lemah. Tapi dia lalu berlawanan dengan perkataannya
di "Ghayatul Maram, hal. 141 bahwa hadits ini Hasan !!
No.23
(Hal.40 nr. 7) Hadits dari ‘Aisyah ra : “Siapapun yang mengatakan bahwa
Rasulallah saw biasa kencing dengan berdiri, janganlah dipercayai. Beliau tidak
pernah kencing kecuali dengan duduk” (Ahmad,Nasa’i dan Tirmidzi). Al-Albani
dalam Mishkat 1/117 mengatakan sanad hadits ini lemah. Dia bertentangan dengan
perkataannya di “Silsilat Al-Ahadits al-Shohihah 1/345 nr.201” bahwa hadits ini
Shohih !
No.24
(Hal.40 nr.8) Hadits : “Tiga macam orang yang malaikat tidak mau mendekatinya :
Mayit orang kafir, lelaki yang memakai minyak wangi wanita dan orang yang telah
berhubungan sex (junub) sampai dia bersuci ” (Abu Daud). Al-Albani telah
membenarkan hadits ini dalam Shohih Al-Jami Al-Sagheer wa Ziyadatuh 3/71 nr.
3056 dengan mengatakan hadits itu Hasan dalam penyelidikan dari Al-Targhib 1/91
(juga mengatakan Hasan dalam Terjemahannya kedalam bahasa Inggris “The
Etiquettes of Marriage and Wedding, page 11). Dia membuat kontradiksi yang
nyata dalam penyelidikannya dalam Mishkatul-Masabih 1/144 nr. 464 mengatakan
hadits yang sama ini Lemah, dan dia berkata bahwa perawi-perawinya patut di-
percaya tapi rantai sanadnya terputus antara Hasan Basri dan Ammar sebagaimana
yang disebutkan juga oleh Al-Mundhiri dalam Al-Targhib 1/91 !!
No.25 (Hal.
42 nr. 10) Telah sampai (riwayat) dari Malik rh “bahwa Ibn Abbas ra. biasa
menyingkat (menggashor) sholatnya dalam jarak antara Makkah dan Ta’if atau
antara Makkah dan Usfan atau antara Makkah dan Jeddah…..” Al-Albani telah
melemahkannya dalam Mishkat, 1/426 nr.1351, dan dia bertentangan dengan
perkataannya di Irwa al-Ghalil 3/14 yang mengatakan ini Shahih !
No. 26.
(Hal.43 nr.12) Hadits : “Tinggalkan orang-orang Ethiopia selama mereka
meninggalkanmu, sebab tidak ada orang yang mengambil barang berharga dari
Ka’bah kecuali seorang Ethopia yang dua kakinya lemah” . Al-Albani dalam
penyelidikannya di Mishkat 3/1495 nr. 5429 mengatakan sanadnya Lemah. Tapi
sebagaimana biasa dia bertentangan dengan perkata- annya dengan membenarkannya
dalam Shahihah 2/415 nr. 772 !
Contoh
(Sifat) dari Al-Albani ialah pertama memuji seseorang disatu tempat dibukunya
dan dilain tempat mengecilkan orang tersebut.!!
No.27 (Hal.
32) Dia (Albani) memuji Syeikh Habib al-Rahman al-Azami didalam Shahih al
Targhib wa Tarhib hal. 63 yang mana katanya ; “Saya ingin agar engkau
mengetahui satu dari beberapa hal bahwa saya memberanikan diri untuk….yang
dikomentari oleh ulama yang terkenal dan terhormat Syeikh Habib al-Rahman
al-Azami “…. dan dia (Albani) mengatakan pada halaman yang sama “Dan apa yang
membuat saya rindu untuknya, orang yang menyelidiki sesuatu dan mengumumkannya
yaitu yang terhormat Syeikh Habib al-Rahman al-Azami “. Al-Albani memuji Syeikh
al-Azami dalam buku yang tersebut diatas. Tapi kemudian membuat penyangkalan
dalam ‘Adaab uz Zufaaf (Akhlak Perkawinan dan Pernikahan), edisi baru hal.8
yang dia berkata; Al-Ansari telah membiasakan akhir dari tulisannya, salah satu
musuh dari Sunnah, Hadits dan Tauhid, yang cukup terkenal , ialah Syaikh Habib
al-Rahman al-Azami……karena ketakutan dan kekurangan ilmunya….””
NB: (Kutipan
diatas dari ‘Adaab uz Zufaaf , tidak terdapat didalam terjemahan bahasa Inggris
oleh pendukung-pendukungnya yang mana menunjukkan bahwa mereka dengan sengaja
tidak mau menterjemahkan bagian-bagian tertentu). Ini perlu diperhatikan !
No.28
(Hal.143 nr.1) Hadits dari Abi Barza ra: “ Demi Allah, Engkau tidak akan
menemukan seorang lebih benar dari saya “(Sunan Al-Nisai 7/120 nr. 4103)
Al-Albani berkata bahwa hadits ini Shohih dalam Shohih Al-Jami wa Ziyadatuh
6/105 nr.6978 dan kemudian lebih mengherankan dia bertentang- an dengan
perkataannya dalam Daeef Sunan Al-Nisai hal. 164 nr. 287 yang mengatakan itu
Lemah. HATI-HATILAH DARI PENGACAUN INI !
No 29 (Hal.
144 nr. 2) Hadits dari Harmala ibn Amru al-Aslami dari pamannya: “Letakkanlah
batu kerikil pada ujung ibu jari diatas jari depan (telunjuk) pada lemparan
jumrah “ (Shohih Ibn Khuzaima, 4/276-277 nr.2874). Al-Albani memberitahu
kelemahan ini (hadits) dalam Shohih Ibn Khuzaima sambil mengatakan sanad hadits
ini Lemah, tapi kemudian dia bertentangan sendiri yang mengatakan Shohih dalam
“Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 1/312 no. 923 !”
No 30 (Hal.
144 nr.3) Hadits dari Sayyidina Jabir ibn Abdullah ra. : “Rasulallah saw.
ditanyai tentang Junub (orang yang belum suci setelah bersetubuh) …apa boleh
dia makan atau tidur…Beliau saw. bersabda : Boleh, bila orang ini wudu dahulu “
(Ibn Khuzaima nr. 217 dan Ibn Majah nr.592). Al-Albani telah mengikrarkan
kelemahannya didalam komentarnya di Ibn Khuzaima 1/108 nr. 217, Tetapi kemudian
kontradiksi sendiri dengan membenarkan hadits tersebut dalam Shohih Ibn Majah
1/96 nr. 482).
No. 31
(Hal.145 nr.4) Hadits dari Aisyah ra ; “ Perahu sebagai perahu (berlayar) dan
makanan sebagai makanan “ (Nasai 7/71 nr. 3957). Al-Albani mengatakan hadits
ini Shohih dalam Shohih al-Jami wa Ziyadatuh 2/13 nr.1462, tetapi kemudian
menyangkal sendiri dengan mengatakan Lemah dalam Daeef Sunan al-Nisai nr. 263
hal. 157. !!
No 32
(Hal.145 nr. 5) Hadits dari Anas ra : “Mintalah setiap kamu pada Allah semua
yang engkau butuhkan walaupun mengenai tali sandalnya bila telah putus”
Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini Hasan dalam penyelidik- annya di Mishkat
2/696 nr. 2251 dan 2252, tetapi kemudian dia bertentangan sendiri dalam Daeef
al-jami wa Ziyadatuh 5/69 nr. 4947 dan 4948 !!
No. 33
(Hal.146 nr.6) Hadits dari Abu Dzar ra : “Bila engkau ingin berpuasa, maka
puasalah pada bulan purnama tanggal 13, 14 dan 15 “ . Al-Albani menyatakan
hadits ini Lemah dalam Daeef al-Nisai hal. 84 dan dalam komentarnya di Ibn
Khuzaima 3/302 nr. 2127. Tetapi kemudian kontradiksi sendiri yang menyebutnya
Shohih dalam Shohih al-Jami wa Ziyadatuh 2/10 nr. 1448 dan pula membenarkan itu
dalam Shohih al-Nisai 3/902 nr. 4021 !! Ini adalah kontradiksi yang besar !
NB: (Al-Albani menyebutkan hadits ini dalam Shohih al-Nisai dan dalam Daeef al-Nisai, ini semua menunjukkan bahwa dia tidak hati-hati/ceroboh atas apa yang telah dia perbuat, semuanya tidak layak)
NB: (Al-Albani menyebutkan hadits ini dalam Shohih al-Nisai dan dalam Daeef al-Nisai, ini semua menunjukkan bahwa dia tidak hati-hati/ceroboh atas apa yang telah dia perbuat, semuanya tidak layak)
No.34 (Hal.
147 nr.7) Hadits dari Siti Maymunah ra ; “ Tidak seorangpun yang menerima
pinjaman dan itu (selalu)dalam pengetahuan Allah” (Nisai, 7/315 dan lain-lain).
Al-Albani berkata dalam Daeef al-Nisai hal.190 ; ‘Shohih, kecuali bagian
al-Dunya’. Kemudian dia menayangkal sendiri dalam Shohih al Jami wa Ziyadatuh
5/156, dengan mengatakan bahwa semua Hadits ini Shohih termasuk bagian
al-Dunya. Ini kontradiksi yang sangat menakjubkan !
No.35 (Hal.
147 nr. Hadits dari Buraidah
ra: “Mengapa saya melihat engkau memakai perhiasan dari penghuni neraka
(Maksudnya cincin besi)”. (Nisai 8/172 dan lain-lainnya….). Al-albani telah
mengatakan hadits in Shohih dalam Shahih al-jami wa Ziyadatuh 5/153 nr. 5540.
Tetapi kemudian dia menyangkal sendiri dengan mengatakan Lemah dalam Daeef
al-Nisai hal.230) !
No.36
(Hal.148 nr. 9) Hadits dari Abu Huraira ra ; “ Siapapun membeli permadani untuk
diduduki, dia mempunyai waktu tiga hari untuk menyimpan- nya atau
mengembalikannya dalam beberapa waktu selama warnanya tidak menjadi coklat (karena
kotor) ”. (Nisai 7/254 dan lain-lainya). Al-Albani telah melemahkan hadits ini
pada bagian “tiga hari” dengan menyebut referensi- nya dalam Daeef Sunan
al-nisai hal. 186, sambil katanya “Benar/Shohih kecuali kata-kata tiga
hari”.Tetapi ‘orang cerdik ini’ menyangkal sendiri dengan membenarkan hadits
itu dan termasuk bagian kata-kata “tiga hari” dalam Shohih al-jami wa Ziyadatuh
5/220 nr. 5804“. Bangunlah hai al-Albani!
No.37 (Hal.
148 nr.10) Hadits Abu Hurairah ra : “Siapapun yang mendapati satu raka’at dari
Sholat Jum’at itu telah memadainya (untuk semua sholat)”. (Nisai 3/112, Ibn
Majah 1/356 dan lain-lainnya). Al-Albani telah melemahkan ini dalam Daeef Sunan
al-Nisai, nr. 78 hal. 49, dimana dia telah berkata; ‘Luar biasa (shadh),
bilamana disitu disebutkan hari jumat’. Kemudian dia kontradiksi sendiri dengan
mengatakan Shohih termasuk bagian hari Jum’at dalam Irwa, 3/84 nr. 622 !!
Semoga Allah menyembuhkanmu !
Al-Albani dan Fitnahannya Dan Perawi-perawi yang dipercaya kesenangannya !
No 38 (Hal.
157 nr.1) Kanan Ibn Abdullah An-Nahmy : Al-Albani berkata dalam Shohihah, 3/481
; “Kanaan telah dianggap sebagai Hasan, untuk itu telah dinyatakan oleh Ibn
Ma’een. Kemudian Al-Albani menyangkal sendiri dengan katanya “ Ada kelemahan
pada Kanaan” (lihat Daeefah, 4/282) !!
No 39
(Hal.158. nr.2) Maja’a Ibn Al-Zubair : Al-Albani telah melemahkan Maja’a dalam
Irwa al-Ghalil, 3/242, dengan katanya. “ Ini adalah sanad yang lemah sebab
Ahmad telah berkata ‘ Tidak ada kesalahan dengan Maja’a, dan Daraqutni telah
melemahkan dia…’“. Al-Albani telah membuat kontradiksi dalam bukunya Shohihah
1/613 dengan mengatakan “ Perawi-perawinya bisa dipecaya kecuali Maja’a, itu
seorang perawi hadits yang baik“. Suatu pertentangan yang menakjubkan !!!
No 40 (Hal.
158 nr.3) Utba Ibn Hamid Al-Dhabi; Al-Albani telah melemahkan dia dalam Irwa
al-Ghalil 5/237 sambil katanya ; “ Dan ini adalah sanad lemah yang mempunyai
tiga kekeliruan….kekeliruan kedua ialah kelemahan dari al- Dhabi, Hafiz berkata
; ‘ Seorang perawi jujur dengan khayalan’ . Kemudian Al-Albani membuat
kontradiksi yang nyata dalam Shohihah 2/432, dimana dia ber- kata tentang sanad
yang menyebut Utba; ”Dan ini sanad yang baik (Hasan), Utba ibn Hamid al-Dhabi
dapat dipercaya…..tapi mempunyai khayalan, dan lain daripada sanad perawi itu
semuanya dapat dipercaya”.
No 41 (Hal.
159 nr. 4) Hisham Ibn Sa’ad ; Al-Albani berkata dalam Shohihah 1/325; “ Hisham
ibn sa’ad ialah perawi hadits yang baik”. Kemudian dia bertentangan sendiri dalam
Irwa al-Ghalil 1/283 sambil katanya ; “Tapi Hisham ini lemah dalam hafalan”.
Sesuatu yang mengherankan !!
No 42
(Hal.160 nr. 5) Umar Ibn Ali Al-Muqaddami ; Al-albani telah melemahkan dia
dalam Shohihah 1/371, dimana dia berkata ; “ Dia merasa dirinya bisa dipercaya,
tapi dia sebagai Pemalsu yang sangat jelek, dengan menjadikan dirinya tidak
dipercayai…” Al-Albani membuat kontradiksi baru lagi dalam Shohihah 2/259
mengakui dia (Umar ibn Ali) dan mengatakan bila ada sanad yang menyebut Umar
Ibn Ali maka bisa dipercayainya. Al-Albani berkata “ Diklasifikasikan oleh
Hakim yang mana berkata : “Shohih isnadnya” (rantaian perawinya) dan Al-Dhahabi
mengakuinya juga dan mereka (berdua) mengatakan demikian adalah benar “. Itu
sangat mengherankan !
No 43 (Hal.
160. nr. 6) Ali Ibn Sa’eed Al-Razi ; Al-Albani telah melemahkan dia dalam Irwa
7/13, dengan katanya : “Mereka telah mengatakan tidak ada yang benar tentang
al-Razi” Dia kemudian menyangkal sendiri dalam ‘buku lainnya yang ‘indah/hebat’
Shohihah, 4/25, sambil mengatakan “Ini adalah baik (Hasan) sanadnya dan
perawi-perawinya semua bisa dipercaya”. Berhati-hatilah !!
No 44: (Hal.
165 nr. 13) Rishdin Ibn Sa’ad : Al-Albani berkata dalam Shohihah 3/79 : “ Ada
dalam sanad Rishdin ibn Sa’ad, dan dia telah menyatakan bisa dipercaya”. Tetapi
kemudian dia bertentangan sendiri dalam penyataannya yang mengatakan Lemah
tentang dia (Rishdin) dalam Daeefah 4/53, dimana dia berkata : “dan Rishdin ibn
Sa’ad ini juga lemah “. BERHATI-HATILAH !!
No 45 (Hal.
161 nr. Ashaath Ibn Ishaq
Ibn Sa’ad : Betapa mengherankan lelaki (Al-Albani) ini !! Terbukti, dia berkata
dalam Irwa al-Ghalil 2/228, “Keadaannya/statusnya tidak dikenal, dan hanya Ibn
Hibban mempercayai dia”. Tetapi kemudian dia bertentangan sendiri, seperti
kebiasaannya! Karena dia hanya mengalihkan/menyalin dari buku-buku dan tidak
ada lain- nya, dan dia mengutip/menyalin tanpa adanya ilmu pengetahuan. Ini
dibukti- kan dalam Shohihah 1/450, dimana dia berkata tentang Ashaath : “Dapat
dipercaya”. Keajaiban yang luar biasa!!
No 46:
(Hal.162 nr.9) Ibrahim Ibn Haani : “Paling terhormat ! Paling Pandai ! Tukang
Menyalin ! Dia (Albani) telah membuat Ibn Haani ‘dapat dipercaya‘ disatu tempat
dan membuat dia ‘tidak dikenal’ ditempat lainnya.. Al-Albani berkata dalam
Shohihah 3/426; “ Ibrahim ibn Haani ialah dapat dipercaya”, tetapi kemudian dia
bertentangan sendiri dalam Daeeah, 2/225 dengan katanya “bahwa dia itu tidak
dikenal dan haditsnya itu tertolak ! “.
No 47: (Hal.
163 nr. 10) Al-Ijlaa Ibn Abdullah Al-Kufi ; Al-Albani memperbaiki sanad sambil
mengatakan itu baik dalam Irwa 8/7, dengan kata-kata : “ Dan sanad tersebut
adalah baik , perawi-perawi semua dapat dipercaya, kecuali Ibn Abdullah al-Kufi
dia adalah jujur “. Dia kemudian kontradiksi sendiri dengan melemahkan sanad
dari hadits yang diketemukan al-Ijlaa dan dia membuat alasan baginya untuk
menyatakannya lemah (lihat Daeefah 4/71) , dimana dia berkata: “ Ijlaa ibn
Abdullah mempunyai kelemahan “ Al-Albani menukil kata-kata Ibn al-Jawzi’s
(Rahimahullah) yang berkata ; “ Al-Ijlaa tidak mengetahui apa yang dia katakan
“ !!!
No 48: (Hal.
67-69) Abdullah Ibn Salih: Kaatib Al-Layth: Al-albani telah mengeritik Al-Hafiz
al-Haitami, Al-Hafiz al-Suyuti, Imam Munawi dan ahli hadits Abu’l-Fadzl
al-Ghimari (rh) dalam bukunya Silsilah al-Daeefah 4/302, waktu mengontrol
hadits yang didalamnya ada perawi Abdullah ibn Salih. Dia (Albani) berkata pada
halaman 300 ; “Bagaimana dapat Ibn Salih menjadi benar dan haditsnya menjadi
baik, dia sendiri sangat banyak membuat kesalahan dan yang mana juga memasukkan
beberapa hadits palsu didalam bukunya, dan dia meyebutkan sanad-sanadnya tapi
dia sendiri tidak mengenal mereka.”
Dia (Albani)
tidak menyebutkan bahwa Abdullah Ibn Salih ialah salah satu orang dari
orang-orangnya Imam Bukhori (yaitu dipakai oleh Bukhori), karena (Albani) tidak
cocok dengan caranya (Albani) dan dia (Albani) tidak menyebutkan bahwa Ibn
Ma’een dan beberapa kritikus dari hadits telah mempercayai dia (Abdullah Ibn
Salih). Al-Albani telah berlawanan dengan perkataannya sendiri, dalam tempat
lain dibuku-bukunya telah mengatakan bahwa semua hadits yang diketengahkan
Abdullah ibn Salih adalah baik, sebagai berikut :
Al-Albani
berkata dalam de Silsilah Al-Shohihah, 3/229 : “ Dan sanad itu baik, karena
Rashid ibn Saad telah disepakati dapat dipercaya dan lebih rendah dari dia
dalam lingkungan orang-orang yang Shohih dan juga Abdullah ibn Salih telah
mengatakan sesuatu yang tidak bahaya dengan bantuan Allah “Al-Albani juga
berkata dalam Shohihah 2/406 mengenai sanad yang didalamnya ada Ibn Salih
“sanad berkesinambungan yang baik” Dan lagi dalam Shohihah 4/647; “Dia adalah
bukti dalam berkesinambungan”
NB:
(kemudian Syeikh Seggaf meneruskan dengan beberapa wejangan yang penting, demi
keringkasan sengaja tidak diterjemahkan , tetapi bila orang ingin merujuknya
bisa lihat bahasa Arabnya). Dengan karunia Allah, ini telah cukup dari
buku-buku Syeikh Seggaf untuk meyakinkan siapa saja yang mencari kebenaran,
biarkan orang-orang itu sendiri bersama-sama mengetahui sedikit tentang ilmu
hadits. Bila ada orang tertarik untuk mendapatkan buku yang didalamnya ada
ratusan kutipan yang serupa (tentang Al-Albani) yang berjudul Tanaqadat
Al-Albani Al-Wadihat silahkan anda menulis kealamat: IMAM AL-NAWAWI HOUSE
POSTBUS 925393 AMMAN JORDAN.
Setelah kita
menyimak berbagai contoh kesalahan dan penyimpangan yang dilakukan dengan
sengaja atau tidak oleh ‘Yang Terhormat Al-Muhaddis Syeikh Muhammad Nashiruddin
Al-Albani’ oleh ‘Al-Alamah Syeikh Muhamad Ibn Ali Hasan As-Saqqof’ dimana dalam
kitabnya tersebut beliau (Rahima- hullah) menunjukkan ± 1200 kesalahan dan
penyimpangan dari Syeikh Al-Albani dalam kitab-kitab yang beliau tulis seperti
contoh diatas. Maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa bidang ini tidak dapat
digeluti oleh sembarang orang, apalagi yang tidak memenuhi kualifikasi sebagai
seorang yang layak untuk menyadang gelar ‘Al-Muhaddits’ (Ahli Hadits) dan tidak
memperoleh pendidikan formal dalam bidang ilmu hadits dari Universitas-universitas
Islam yang terkemuka dan ‘Para Masyaik’h yang memang ahli dalam bidang ini.
Comments
Post a Comment